TRENDING, malangpost.id- Sebentar lagi musim kemarau dan forum pertemuan negara Asia Tenggara (ASEAN) semakin dekat. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan agar masalah kebakaran hutan dan lahan (karhutla) bisa diantisipasi jelang musim kemarau. Jokowi tak mau masalah kabut asap di Indonesia menjadi salah satu bahan pembahasan.
Karhutla memang menjadi permasalahan yang belum bisa terselesaikan. Setiap musim kemarau datang, pembakaran lahan yang dilakukan secara sengaja selalu saja dilakukan. Padahal, dampak dari adanya pembakaran lahan bisa berdampak pada banyak aspek. Sektor lingkungan menjadi sektor yang paling terdampak. Polusi yang sangat pekat mempengaruhi udara sekitar, bahkan hingga ke negara tetangga. Ini menjadi pembahasan serius mengingat ini terjadi setiap tahun.
Mungkin para pembakar lahan memilih langkah ini sebagai efisiensi pembersihan lahan yang akan digunakan untuk menanam kelapa sawit. Tetapi api tak dapat dikontrol, kebakaran akan terus merembet ke segala arah hingga tak bersisa.
Melansir cnnindonesia.com, kasus karhutla saat ini sudah mengalami penurunan sebesar 88,63 persen dibandingkan 2015. Jokowi meminta capaian tersebut dipertahankan dengan mengutamakan upaya pencegahan dan tidak berkompromi pembakar hutan dan lahan.
“Jangan sampai kita ini malu di ASEAN Summit, pertemuan negara-negara ASEAN ada satu dua tiga negara yang membicarakan lagi mengenai ini. Dalam lima tahun ini sudah enggak ada, jangan sampai dibuat ada lagi. Saya titip itu, malu kita. dipikir kita enggak bisa menyelesaikan masalah ini,” kata Jokowi dalam rapat di Istana Negara, Jakarta, Senin (22/2).
Berdasarkan, data yang dipaparkan Polri pada 2020 diketahui bahwa jumlah area yang terbakar akibat karhutla mencapai 15,70 hektare. Jumlah itu disebut mengalami penurunan sebesar 95,59 persen dibandingkan 2019 yang mencatat seluas 535,84 hektare terbakar.\
Jokowi berharap penegakan dapat dilakukan secara baik dan benar. Deteksi dini harus dilakukan dengan mewajibkan setiap desa melaporkan diri bila menemukan api dalam skala kecil dengan memanfaatkan teknologi. Pada kasus di Riau, semua struktur hingga yang terbawah ikut terlibat, pemantauan infrastruktur dan pengawasan bisa berjalan dengan baik sehingga karhutla dini bisa teratasi.