KAMPUS, Malangpost.id – Bekerja sama dengan Lembaga Sensor Film (LSF) Republik Indonesia, Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menggelar Seminar Perfilman Nasional, pasa Rabu (9/6).
Bertajuk “Sensor Film diantara Dilema Kebebasan Berkreasi dan Menjaga Budaya Bangsa”, kegiatan ini dilaksanakan secara daring live akun youtube Komunikasi UMM, dan juga secara luring bertempat di Gedung Kuliah Bersama (GKB) UMM lantai 4.
Dalam kegiatan ini, Dekan FISIP (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik) UMM, Dr. Rinikso Kartono, M. Si menjelaskan, secara spiritual ada hikmah besar dalam kegiatan Seminar Perfilman Nasional tersebut.
“Artinya ada potensi untuk membuat amal Jariyah,” ungkapnya
Mengingat LSF adalah lembaga yang memiliki tujuan untuk mengurangi dampak buruk dari hasil kreativitas dalam dunia perfilman. Seperti film porno dan film-film kekerasan yang memiliki dampak buruk dan berbahaya bagi masyarakat, terutama anak-anak.
Didasarkan atas hasil riset yang pernah ia lakukan, banyak kasus pemerkosaan dan kekerasan terutama di kalangan anak-anak terjadi karena tontonan film.
“Ini artinya kita beramal untuk menyelamatkan generasi kita, kelihatannya sederhana film itu. Tapi dampaknya luar biasa,” bebernya
Rinikso melanjutkan, sekarang struktur masyarakat sudah berubah. Dulu masyarakat masih memegang teguh nilai-nilai budaya, sehingga dampak dari film yang menjadi tontonan tersebut tidak terlalu berdampak secara signifikan.
Namun saat ini media justru memiliki posisi yang lebih besar di tengah masyarakat, jika bandingkan dengan posisi nilai yang dipegang oleh masyarakat itu sendiri.
Terlebih saat ini media hanya berfokus pada sisi kapital untuk perfilman, daripada hal-hal yang sifatnya moralitas.
“Sementara masyarakat kita banyak yang sudah tidak peduli, sebab itu perlu ada pelajaran dan program-program literasi mandiri tentang sensor,” ujar Rinikso
Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi UMM
M. Himawan Sutanto, M.Si, Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi UMM yang juga turut hadir secara luring menuturkan, pihaknya sudah melakukan MOU dengan LSF per tanggal 30 Maret lalu.
Menurutnya saat ini pihaknya mengapresiasi LSF, karena sudah mulai menggait perguruan-perguruan tinggi di Indonesia.
“Ini bisa menjadi harapan dan semangat baru bagi teman-teman yang suka dengan perfilman,” tuturnya
Himawan melanjutkan, selain kerja sama magang bagi mahasiswa. Bersama LSF, pihak Prodi Ilmu Komunikasi UMM juga mengupayakan kerja sama tentang sertifikasi tenaga sensor yang itu penting dilakukan.
Nantinya Ilmu Komunikasi UMM akan mengembangkan desa binaan, berupa Desa Sensor Mandiri. Program ini nantinya juga akan menjadi bagian kolaborasi antara LSF dengan UMM.
Sementara itu Wakil Rektor 1 UMM Prof. Dr. Syamsul Arifin, M.Si menyebutkan bahwa UMM memberi apresiasi terhadap upaya yang dilakukan Prodi Ilmu Komunikasi.
“Ilmu komunikasi memiliki tradisi yang bagus, dan mempunyai cerita sukses, sehingga perlu kita apresiasi,” pungkas Syamsul
Pada acara ini menghadirkan dua narasumber, yakni Rommy Fibry Hardianto, Ketua Lembaga Sensor Film Indonesia, dan juga Dosen Ilmu Komunikasi UMM, Nasrullah, M.Si.