KAMPUS, Malangpost.id – Berawal dari keinginan untuk menyoroti situasi kampung halaman yang penuh akan potensi alam, namun tidak dimanfaatkan dengan maksimal oleh warga.
Membuat dosen Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Tribhuwana Tunggadewi (UNITRI) Malang, Latif Fianto, S.I.kom., M.I.kom, membuat Novel berjudul “Karang Cemara” pada tahun 2021 ini.
“Potensi berupa pohon cemara udang yang bisa dimanfaatkan sebagai bonsai cemara. Tapi mungkin karena perkembangan zaman ditambah masa pandemi, bonsai tidak lagi memberikan income yang memuaskan,” ujar Latif, Jumat (25/6)
Dijelaskan olehnya, situasi tersebut yang kemudian membuat potensi pohon Cemara Udang semakin ditinggalkan oleh warga asli. Sehingga banyak yang beralih profesi pekerjaan, dan lebih memilih bekerja di tempat lain.
Kondisi tersebut lantas membuat berbagai lahan Cemara Udang mulai tidak terawat, dan semakin sedikit warga yang menjadikan cemara sebagai bonsai.
“Sehingga mungkin itu yang dilirik oleh investor, dan mereka mulai membangun tambak. Lewat novel ini saya juga ingin menyoroti pembangunan tambak itu juga yang berdampak pada limbah,” tekannya
Dalam penyusunannya novel, ia mengaku menyusunnya cukup lama, yakni mulai tahun 2017 untuk draf kasar. Selain itu, naskah novel juga pernah diikutkan beberapa lomba sepanjang tahun 2020.
Sejak saat itu naskah novel terus diperbaiki, dan dikirimkan pada pihak penerbit. Sehingga pada tahun 2021 ini novel “Karang Cemara” bisa diterbitkan.
Latif melanjutkan, tantangan dalam penyusunan novel adalah pada pencarian sudut pandang yang menarik di mata para pembaca. Artinya memerlukan sudut pandang baru dan memiliki sisi keunikan tersendiri.
Tujuannya agar pembaca tidak merasa bosan, mempunyai sudut pandang baru dan lebih tertarik ketika mengikuti setiap peristiwa yang disajikan olehnya.
Tantangan : Tulisan Agar Diminati oleh Pembaca
“Jadi tantangannya adalah bagaimana menyusun karya tulisan ini agar diminati oleh pembaca. Mengingat banyak pembaca yang memutuskan berhenti membaca saat pertengahan, karena tulisan kurang menarik,” kata Latif
Keberhasilannya dalam menerbitkan karya, juga tidak lepas dari dukungan dari lingkungan Unitri. Banyak dari para dosen senior Unitri mendorong para mahasiswa dan dosen muda sepertinya agar terus berkarya.
“Dukungan sangat besar dalam pemberian motivasi, karena jalan menulis sendiri adalah jalan yang tidak mudah menurut saya,” tekannya kepada Malangpost.id
Secara garis besar, isi novel bercerita tentang seorang anak daerah yang merantau ke berbagai kota.
Tokoh utama tidak ingin kembali lagi ke daerah asal, karena adanya konflik-konflik ekologi dan politik yang merugikan masyarakat kecil, serta tidak bisa diselesaikan.
Melalui novel ini, Latif ingin mengajak masyarakat agar sadar dan tidak lupa akan tradisi, keunikan, dan tanah warisan nenek moyang yang harus dirawat sebagai tempat untuk “anak daerah” berpulang.
“Saya ingin mengajak kepada masyarakat, dimanapun itu yang memiliki kesamaan masalah, agar ikut sadar dan merasa memiliki tanah moyang. Sehingga mereka memiliki kesadaran untuk merawat apa pun yang mereka punya,” pungkasnya mengakhiri wawancara.