KAMPUS, Malangpost.id – Kampung Sanan terkenal sebagai sentra Industri tempe di Kota Malang. Namun masyarakat di sini sebagian besar hanya memanfaatkan kedelai sebagai tempe dan berbagai macam produk olahan lainnya.
Sedangkan untuk limbah produksi, berupa kulit ari kedelai sejauh ini hanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak saja. Padahal kulit ari kedelai kaya akan nutrisi yang kandungannya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan daging kedelai.
Kondisi tersebut lantas menggerakkan mahasiswa yang tergabung dalam tim PKM Bidang Pengabdian Masyarakat (PKM-PM) Politeknik Negeri Malang (Polinema) membentuk terobosan baru bernama Go Soya. Tujuannya untuk memaksimalkan pemanfaatan limbah kulit ari kedelai.
Tim terdiri dari Salamatul Hifdiyah, Rizki Bagus Maulana, Prasasti Valentina Gustama, Syayyidah Fatimatuz Zahro dan, Lia Ujung Tri Utami.
“Jadi saya bersama tim berpikir bagaimana memanfaatkan kulit kedelai agar bisa menambah nilai ekonomis dan nilai jualnya” ujar Salamatul Hifdiyah, selaku Ketua Tim PKM-PM Go Soya
Go Soya Program dari PKM-PM Polinema
Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Polinema ini menjelaskan, Go Soya merupakan program dari PKM-PM. Program ini dijalankan dengan membuat produk dari kulit ari kedelai, yakni Rainbow Tempe Ketawa.
Ada empat jenis olahan yang kemudian dibentuk, mulai dari Rainbow Nugget Tempe Ketawa, Rainbow Puding Tempe Ketawa, Rainbow Biscuit Stick Ketawa, dan juga Rainbow Macaroon Tempe Kewata.
Ia mengaku, program ini telah mendapat testimoni positif dari berbagai pihak dalam pameran Agro-Technnovision. Pameran ini diselenggarakan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur pada tanggal 23-25 Juni 2021 lalu di Kantor BPTP Jawa Timur.
Baca juga : Ribuan Peserta Ikuti SBMPN 2021 Polinema Secara Daring dan Luring
Tim bimbingan dari Ir. Sri Rulianah, M.Pd berharap, mendatang program Go Soya dan produk olahan Rainbow Tempe Ketawa bisa memberikan manfaat untuk Kampung Sanan. Mengingat kulit kedelai yang sebelumnya belum dimanfaatkan secara maksimal, bisa diversifikasi olahan produk bernilai gizi tinggi.
“Sehingga bisa menambah penghasilan masyarakat di sana. Apalagi sekarang juga musim pandemi, yang mana kunjungan ke Kampung Sanan juga menurun. Terlebih harga kedelai juga mahal,” bebernya
Selain itu program Go Soya juga diharapkan dapat mengurangi limbah kulit kedelai yang ada di Kampung Sanan, dan mendatang pihaknya juga akan mengikutkan produk ini untuk mendapatkan Hak Cipta dan Hak Paten.
“Sehingga mendatang komersialisasi via e-commerce dan lainnya bisa lebih mudah,” pungkasnya mengakhiri wawancara bersama Malangpost.id