KAMPUS, Malangpost.id – Dosen Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya bersama dengan kedua mahasiswanya, Recy dan Vranola, mempunyai cara menarik dalam meningkatkan minat anak-anak dan remaja untuk belajar sejarah.
Mereka membuat sebuah komik berjudul “Kisah Taman Kasurangganan dan Tirta Amerta”. Komik yang memuat sejarah mengenai kerajaan Singosari sampai kerajaan Mataraman.
Sebagai penulis cerita, Vranola Ekanis Putri menjelaskan secara garis besar isi komik. Yakni menggambarkan cerita Ken Arok dan Ken Dedes. Cerita lantas dibumbui dengan cerita lain seperti kisah Dewi Singowati.
Komik ini juga berisikan pendidikan moral seperti toleransi yang mereka gambarkan melalui pembangunan candi yang mana memudahkan umat Hindu untuk beribadah.
Baca Juga: Ajarkan Pendidikan Karakter di Masa Pandemi melalui Komik
Vranola menjelaskan alasan memilih cerita karena selama ini cerita rakyat di desa Toyomarto, Singosari tersebut hanya sebuah sastra lisan. Itu terus masyarakat ungkap tanpa adanya bukti nyata dan konkret.
“Karena kisah itu hanya diceritakan secara berulang dan masih terbentuk dalam lisan saja. Oleh karena itu, cerita ini perlu dibukukan agar tidak hilang dimakan waktu,” ungkap Vranola.
Vranola mengaku, mulai membuat komik dari pengambilan data melalui juru pelihara dan sumber yang terpercaya di Candi Sumberawan, Singosari. Kemudian mencari data dukung dari buku artikel.
Data yang telah berhasil ia dapatkan itu, kemudian diolah untuk dijadikan cerita utuh dan divisualisasikan semenarik mungkin agar pembaca tidak bosan. Visualisasi cerita juga dilakukan untuk membantu pembaca dalam membayangkan ekspresi serta suasana pada kisah tersebut.
Baca Juga: Badan Riset Fisip UB Terbitkan Buku Pemanfaatan Media Selama Pandemi
Varseliya Recy, ilustrator dari komik ini menjelaskan bahwa awalnya dalam “Kisah Taman Kasurangganan dan Tirta Amerta” ini terdapat dua pilihan visualisasi cerita, yaitu komik atau buku bergambar.
“Akhirnya kami memilih komik, karena menurut kami komik dapat membantu dalam memisahkan teks keterangan dan dialog sehingga memudahkan pembaca, terlebih memudahkan anak-anak untuk mengerti bagian cerita,” jelas Recy.
Pembuatan media pembelajaran sejarah berupa komik ini memiliki tantangannya tersendiri bagi Vranola dan Recy.
Tantangan Penyusunan Komik Sejarah
Vranola mengungkap, anak-anak maupun remaja pada masa ini lebih tertarik dengan cerita seperti Marvel atau Detective Conan. Hal itu menjadi tantangan tersendiri baginya untuk dapat menulis cerita sejarah yang tidak kalah dengan cerita fiksi berupa komik luar negeri.
Baca Juga: Sediakan Puluhan Ribu Buku, Perpustakaan Anak Bangsa Ajak Masyarakat Gemar Membaca
Berbeda dengan Recy, ia mengaku bahwa penentuan karakter adalah tantangan yang sulit. Mengingat setiap karakter menggunakan properti yang memiliki makna-makna tertentu, sehingga tidak dapat digambar dengan asal.
“Karena bertemakan jaman dulu, jadi properti dan suasana di komik juga harus disesuaikan dengan kondisi masa lampau, jadi mencari referensinya sedikit memakan waktu,” jelas Recy.
Menurut mereka, komik “Kisah Taman Kasurangganan dan Tirta Amerta” memiliki keunikan berupa cerita yang belum pernah dipublikasikan sebelumnya. Selain itu, teknik yang digunakan untuk membuat komik ini adalah manual drawing yang mana memuat tekstur dengan media yang dipakai yaitu watercolor on paper.
Selanjutnya, mereka berharap agar media pembelajaran yang menarik ini dapat membantu anak-anak untuk lebih mencintai dan tidak lagi bosan untuk mempelajari sejarah.
Saat ini, komik “Kisah Taman Kasurangganan dan Tirta Amerta” masih disajikan berupa media digital dan belum beredar secara luas. Selanjutnya, Vranola berharap komik ini dapat dikembangkan sebagai komik yang ramah difabel.
“Sejauh ini, komik ini belum ramah difabel. Jadi, saya ingin mengembangkannya agar dapat dibaca dan dimanfaatkan oleh seluruh kalangan,” tegas Vranola.
Pewarta: Piscella Kusuma
Thank you for your sharing. I am worried that I lack creative ideas. It is your article that makes me full of hope. Thank you. But, I have a question, can you help me?