KAMPUS, Malangpost.id – Dalam kegiatan webinar pertama Program Dosen Berkarya (Dokar) yang diadakan oleh Pusat Studi Smonagenes Universitas Brawijaya (UB), Prof. Fatchiyah, M.Kes., PhD menyampaikan materi bertema “Kajian Penelitian Nutrigenomik dari Bahan Aktif Plasma Nutfah”.
Menurut Ketua Pusat Studi Smonagenes ini, lingkungan termasuk nutrisi yang berpengaruh terhadap profil genomik, transkriptomik, dan proteomik. Dimana pengaruh tersebut terekspresi pada karakter fenotipik.
Dirinya lantas menekankan pentingnya mengonsumsi makanan bernutrisi seimbang. Itu demi meningkatkan imunitas, dan kesehatan tubuh, serta mencegah terakumulasinya penyakit-penyakit metabolik.
Baca juga : LP2M UIN Maliki Malang Gelar Workshop Metodologi, Irwan : Penelitian Bagus Bisa Transformasikan Masyarakat
Mengingat nutrisi seimbang dapat mengontrol penyakit metabolik dengan mengurangi kolesterol jahat pada tubuh, sehingga menjadikan tubuh lebih sehat.
“Kajian nutrigenomik saat ini banyak dikembangkan untuk kasus-kasus penyakit metabolik seperti halnya diabetes,” imbuhnya
Fatchiyah selanjutnya memaparkan gagasan untuk meningkatkan kandungan metabolit melalui modifikasi pada mekanisme metabolisme primer maupun sekunder di dalam tanaman.
Teknik yang diterapkan secara modern dapat dilakukan dengan genome editing, biofertifikasi, dan aplikasi rekombinasi atau penyisipan gen.
“Untuk menghasilkan metabolit seperti peningkatan senyawa terpenoid, flavonoid, dan metabolit sekunder lainnya dapat dilakukan dengan memodifikasi pada metabolisme yang terjadi pada plastida,” sambung Fatchiyah
Berikutnya, kandungan tokotrienol yang tinggi pada tanaman dapat diinduksi dengan pemberian nutrisi spesifik. Serta modifikasi aktivitas enzim terkait metabolisme pembentukan tokotrienol dalam tanaman.
Proses Bioteknologi Genome Editing Harus Mengidentifikasi Hal-Hal Terkait GMO
Namun menurut Prof. Fatchiyah, dalam proses bioteknologi dengan genome editing harus memperhatikan dan mengidentifikasi hal-hal terkait GMO. Serta regulasi GMO dan untuk mereduksi bahkan menghilangkan efek negatif GMO.
Selain Prof. Fatchiyah, dalam giat yang diikuti oleh kurang lebih 30 peserta dari Dosen/peneliti, tenaga pendidik dan mahasiswa dari UB dan Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BBPadi) tersebut, juga diisi Dr. Untung Susanto yang membahas tentang perbaikan gizi, khususnya melalui tanaman padi.
Menurutnya, masih banyak masyarakat di beberapa daerah mengalami kekurangan gizi, terutama ibu hamil dan anak-anak yang beresiko kekurangan gizi seperti Zn.
“Untuk mengatasinya dapat dilakukan melalui diversifikasi makanan atau konsumsi makanan yang beragam. Lalu fortifikasi bahan pangan, biofortifikasi untuk meningkatkan kandungan gizi tertentu yakni secara konvensional dan modern dengan bioteknologi,” tambahnya
Fortifikasi padi untuk menghasilkan tanaman padi kaya akan nutrisi dapat dilakukan dengan fortifikasi dengan bahan kimia dan dengan agen biologi. Fortifikasi dengan agen biologi menghasilkan nutrisi yang lebih rendah namun memiliki kestabilan yang lebih baik.
Sehingga, biofortifikasi dengan memodifikasi genetik sering digunakan untuk perbaikan tanaman. Selain itu biofortifikasi memiliki beberapa keuntungan. Diantaranya nutrisi tersedia dalam bentuk alaminya, memerlukan hanya sekali entri pada tanaman dan dapat menghasilkan produk nutri Zn secara berkelanjutan.
Dr. Untung selanjutnya mengatakan, bahwa terdapat beberapa varietas padi khusus yang mengandung nutrisi tinggi baik senyawa metabolitnya. Seperti padi Palmera, Jeliteng, Baroma, padi aromatik kaya prolin seperti Sintanur, Inpari23, Arumba dan lainnya.
Sayangnya padi varietas khusus tersebut belum banyak dijumpai di pasar secara umum, sehingga mendatang dapat dikembangkan untuk dipasarkan. Tujuannya agar masyarakat umum dapat memperoleh beras-beras kaya nutrisi dengan mudah.
