SEPAKBOLA, malangpost.id – AREMA FC mencatat sejarah baru sejak 1987. Kebobolan dengan jumlah terbanyak 62 gol. Sedikit di bawah Perseru-Badak Lampung 65 gol. Itu terjadi pada kompetisi Liga 1 2019.
Ini juga menjadi rapor merah bagi tim Singo Edan. Karena mencatat rekor terburuk dalam 12 musim kompetisi terakhir, sejak Indonesia Super League (ISL) pertama kali digelar musim 2008/2009.
Sepanjang 12 musim, total tim Singo Edan kebobolan 374 gol dalam 332 pertandingan kompetisi reguler domestik. Rata-rata 1,13 gol per laga. Meski tim ini masih surplus 163 gol, karena mampu menceploskan 537 gol atau rata-rata 1,62 gol setiap laganya.
Tak hanya pelatih kepala saja, namun siapa saja barisan lini belakang, termasuk sektor penjaga gawang, serta merta paling disorot atas lahirnya 374 gol dalam 12 musim. Terutama sosok legiun asing, yang dibayar mahal untuk membentengi lini vital atau center back.
Center back gak main-main
Delapan center back atau bek tengah asing dari lima negara, silih berganti pernah menjadi bagian dari tim. Mereka adalah Caio Ruan Lino de Freitas (Brazil, Liga 1 2020), Matias Daniel Malvino Gomez (Uruguay, Liga 1 2020), Arthur Cunha da Rocha (Brazil, Liga 1 2017-2019) dan Goran Gancev asal Northern Macedonia (dulu Macedonis, Red) pada Indonesia Soccer Championship A 2016 (ISC A 2016).
Kemudian ada duet Fabiano da Rosa Beltrame (Brazil) dan Victor Chukwuekezie Igbonefo (Nigeria) pada QNB League 2015. Lalu Victor Chukwuekezie Igbonefo (Nigeria, ISL 2013-2014), dan Seme Pierre Patrick (Kamerun, ISL 2011/2012) dan Pierre Djaka Njanka-Beyaka (Kamerun) pada ISL 2008-2011.
Diluar kompetisi Liga 1 2020 dan QNB League 2015 yang tak tuntas dihelat, Arema justru pernah mencatat rekor paling sedikit kebobolah. Yakni pada pada ISC A 2016 (22 gol) di bawah head coach Milomir Seslija (Bosnia and Herzegovina) dan ISL 2009/2010 juga 22 gol saat ditukangi Robert Rene Alberts (Belanda). Selain rekor bagus yang pernah ditorehkan pelatih asal Blitar, (alm) Suharno pada ISL 2014 kebobolan 23 dalam 27 laga.
Terbaik dalam 12 tahun terakhir
Track record deretan delapan center back asing, yang pernah dimiliki Arema dalam 12 musim terakhir (2008-2020), Goran Gancev asal Skopje, ibukota Northern Macedonia masih yang terbaik.
Saat itu bek kelahiran 4 Agustus 1983, berpostur 183 sentimeter tersebut, menjadi palang pintu dalam 28 laga atau durasi 2.464 menit. Hanya kebobolan 17 gol, atau rata-rata 0,60 gol per laga dalam ISC A 2016 dan mencetak satu gol lewat heading-nya. Catatan statistik 28 laga Gancev bersama Arema ketika itu, raih 21 kemenangan, lima kali seri dan dua kali kalah.
‘’Yang pasti dulu waktu ISC A 2016, gawang Arema sedikit ada gol lawan (22 gol, Red.), bukan karena kerja saya sendiri. Ada coach Milomir Seslija yang selalu percaya pada saya bermain di posisi center back. Tugas saya waktu itu, juga dibantu Arema punya kiper, Kurnia Meiga, Akmad Kurniawan dan Made Wardhana. Saya punya teman di belakang pemain lokal bagus-bagus. Ada Hamkah Hamzah, Benny Wahyudi dan Johan Alfarizi,’’ ungkap Goran Gancev, lewat pesan WhattsApp-nya.
Gancev lebih oke
Gancev masih lebih baik, dibanding veteran Timnas Kamerun di Piala Dunia Prancis 1998, dan Piala Dunia Korea-Jepang 2002, Pierre Djaka Njanka-Beyaka. Bek berpostur 181 sentimeter kelahiran 15 Maret 1975 tersebut, saat membawa Arema juara ISL 2009/2010, kebobolan 20 gol atau rata-rata 0,64 gol per laga. Dia bermain dalam 31 laga (2.604 menit) dan mencatat 22 kemenangan, empat seri, enam kekalahan bagi Arema selama turun bermain.
Goran Gancev setelah mundur dari Arema akhir musim 2016, sempat membela Persegres Gresik United (Liga 1 2017) dan Sriwijaya FC (Liga 1 2018), sebelum akhirnya pulang ke negaranya.
Semusim memperkuat tim Macedonian Second League (Liga 2) FK Pelister musim 2019 dan sukses membawa tim itu promosi ke Macedonian First League (Liga 1). Musim Macedonian First League 2020/2021, dia masih bersama FK Pelister. Namun kini sebagai asisten pelatih Zoran Shterjovski.
‘’Bagi saya, enam tahun karir di tujuh klub selama di Indonesia, tersukses ya bersama Arema musim 2016. Semua lini di Arema waktu itu, sama bagusnya dan kuatnya. Tidak ada ada istilah pemain inti atau cadangan di mata coach Milo,’’ kata Goran.
Meski Arema hanya runner up, kata dia, tetapi yang dirasakan semua tim tak ubahnya seperti juara. Terlebih waktu itu Arema juga berhasil mendapat empat trofi pramusim.
‘’Arema, Aremania dan Malang seperti keluarga bagi saya. Tak terlupakan. Karakter keras permainan Arema, juga saya bawa ke klub saya saat ini (FK Palister, Red.),’’ demikian imbuh Goran. (act/rdt)
Liga Besar Center Back Terbaik
Goran Gancev (Northern Macedonia)
Musim : ISC A 2016
Kebobolan : 17 gol atau rata-rata 0,60 gol per laga
Main : 28 laga (2.464 menit)
Absen : 6 laga
Statistik : 21 menang, 5 seri, 2 kalah
Absen : 6 laga
Cetak : 1 gol
Selisih gol tim : 46-22
Peringkat tim : 2
Pierre Djaka Njanka-Beyaka (Kamerun)
Musim : ISL 2009/2010
Kebobolan : 20 gol atau rata-rata 0,64 gol per laga
Main : 31 laga (2.604 menit)
Absen : 3 laga
Statistik : 22 menang, 4 seri, 6 kalah
Cetak : gol
Selisih gol tim : 57-22
Peringkat tim : 1
Victor Chukwuekezie Igbonefo (Nigeria)
Musim : ISL 2014
Kebobolan : 22 gol atau rata-rata 0,81 gol per laga
Main : 27 laga (2.358 menit)
Absen : 7 laga
Statistik : 17 menang, 6 seri, 3 kalah
Cetak : 0 gol
Selisih gol tim : 64-23
Peringkat tim : Semifinalis
Pierre Djaka Njanka-Beyaka (Kamerun)
Musim : ISL 2010/2011
Kebobolan : 21 gol atau rata-rata 0,87 gol per laga
Main : 24 laga (2.040 menit)
Absen : 4 laga
Statistik : 13 menang, 7 seri, 4 kalah
Cetak : gol
Selisih gol tim : 52-25
Peringkat tim : 2
Victor Chukwuekezie Igbonefo (Nigeria)
Musim : ISL 2013
Kebobolan : 33 gol atau rata-rata 0,97 gol per laga
Main : 32 laga (2.836 menit)
Absen : 2 laga
Statistik : 1 menang, 1 seri, 0 kalah
Cetak : 0 gol
Selisih gol tim : 70-33
Peringkat tim : 2
Center Back Asing 2008-2020
1. Caio Ruan Lino de Freitas (Brazil, 2020)
2. Matías Daniel Malvino Gomez (Uruguay, 2020)
3. Arthur Cunha da Rocha (Brazil, 2019, 2018, 2017)
4. Goran Gancev (Northern Macedonia, 2016)
5. Fabiano da Rosa Beltrame (Brazil, 2015)
6. Victor Chukwuekezie Igbonefo (Nigeria, 2015, 2014, 2013)
7. Seme Pierre Patrick (Kamerun, 2011/2012)
8. Pierre Djaka Njanka-Beyaka (Kamerun, 2008/2009, 2009/2010)