MALANG, malangpost.id- tak hanya dikenal sebagai gudangnya pesepakbola, pebulutangkis dan petinju level nasional. Bahkan internasional saja. Di lintasan lari atletik, kota berhawa sejuk tersebut bersama Surabaya, merupakan kekuatan utama atletik Jawa Timur. Termasuk kerap memasok atletnya untuk Merah Putih. Salah satunya Sertu (TNI AD) Atjong Tio Purwanto.
Kera Ngalam kelahiran 17 Oktober 1991 ini, merupakan salah satu hasil dari pembinaan jangka panjang PASI Kota Malang ‘ Malang Emas’.
Berlatih atletik sejak duduk di SD kelas IV usia 10 tahun tahun 2001, di lintasan lari Stadion Gajayana, Kota Malang. Dibawah tangan dingin duet pelatih, Ony Chandra Sofie (juara Asia Junior 400 meter purtri di Taiwan 1985) dan Adam Welerubun, keduanya juga pelatih Jawa Timur, Atjong cepat melesat.
Membela Indonesia dalam tiga kali penyelenggaraan SEA Games, dia meraih medali emas di Malaysia tahun 2017, perak di Filipina 2019 dan perunggu di Singapura 2015. Seluruhnya di nomor 3000 meter steeplechase putra atau halang rintang. Selain juga debutnya sukses meraup medali emas nomor yang sama, pada PON Jawa Barat 2016. Dia juga memecahakan rekornas Muhammad Qurosi (SEA Games 2011) dengan waktu 8 menit, 54,32 pada Asian Games Jakarta-Palembang 2018.
Bagaimana perjuangan Atjong untuk meraih gelar tersebut? Termasuk apa yang dilakukan di masa pandemi ini, ketika semua even terhenti. Berikut cuplikan wawancara DI’s Way Malang Post dengan Atjong Tio Purwanto.
Di saat pandemi coronavirus, apakah Anda tetap rutin berlatih?
Puslatda Jatim untuk PON Papua 2012, memang meminta semua atlet melakukan latihan mandiri. Termasuk saya. Jadi meski ada wabah coronavirus, saya tetap bisa latihan secara mandiri. Terutama latihan fisik. Untuk penguatan fisik, saya setiap hari berlari 10-15 kilometer di pinggir kawasan hutan Gunung Panderman Kota Batu.
Lantas bagaimana dengan pekerjaan Anda?
Selama menjalani Puslatda Jatim untuk PON Papua 2021, mendapat dispensasi dari komandan saya di Batalyon Infanteri Mekanis 521/Dadaha Yudha Kediri Jawa Timur. Jadi saya memutuskan melakukan latihan mandiri di kampung halaman (Malang). Juga biar dekat sama istri.
Selama menjalani latihan mandiri di Malang, apakah Anda juga mendapat tugas dari kedinasan dalam memerangi wabah coronavirus?
Ada dua tugas. Pertama, saya pribadi mengamankan diri dan keluarga. Kedua, terus mengajak dan mengimbau masyarakat, lebih memperhatikan keamanan di dalam bersosialisasi pada masa pandemi ini. Juga ikut mengawal dan amankan demi lancarnya imbauan stay home, social distancing, physical distancing dan lain-lain.
Apa target Anda ke depan?
Inshaallah medali emas PON Papua 2021 dan ambil kembali emas SEA Games 2021 di Vietnam. Saya ingin menebus kesalahan SEA Games 2019 Filipina. Nyaris emas tapi gagal. Saya memimpin jauh hingga laps terakhir. Tapi tiba-tiba kaki saya tertarik di rintangan gawang dan dilewati dua pelari Vietnam. Saya harus puas finish di peringkat ketiga dan gagal mempertahankan medali emas SEA Games 2017.
Apa yang membawa Anda terjun ke atletik sebelumnya?
Saya ini tidak punya mimpi atau keinginan jadi atlet atletik. Awalnya waktu kelas V SD, cari uang sore hari dari jasa berlari sambil melepaskan burung merpati di Stadion Gajayana Malang. Untuk balapan dan dapat upah Rp 100 dari pemilik burung merpati. Tapi guru olah raga sekolah saya di SDN Mojolangu Malang, melihat saya larinya kencang. Beliau setengah memaksa saya sekalian ikut latihan atletik di Stadion Gajayana, daripada lari-lari melepas burung merpati.
Apa saja aktivitas Anda di luar rutinitas latihan atletik dan sekolah saat itu?
Keluarga saya tidak mampu dari sisi ekonomi. Jadi sejak SD hingga SMA, selain latihan atletik dan sekolah, saya harus bantu ibu dan bapak. Setelah salat subuh saya keliling berjualan susu kedelai, untuk membantu perekonomian keluarga dan paginya sekolah. Pulang sekolah istirahat sebentar dan sore latihan atletik. Malam hari setelah belajar, saya harus membantu ayah berjualan sate hingga pukul 23.00. Itu saya lakukan hingga lulus SMA.
Apa yang Anda dapatkan dari atletik?
Segalanya dan bisa merubah perekonomian keluarga saya. Saya bisa tamat SMP dan SMA dari hadiah dan bonus lomba atletik. Dari atletik juga, saya bisa mendatangi banyak negara dan mendapat pekerjaaan sebagai anggota TN AD. Terimakasih untuk pelatih saya di Malang, Bu Ony Chandra dan Pak Adam Welerubun. (act/rdt)
Bidoata :
Nama : Atjong Tio Purwanto
Lahir : Malang, 17 Oktober 1991
Istri : Siti Nur Rahma Amalia
Pekerjaan : Batalyon Infanteri Mekanis 521/Dadaha Yudha Kediri Jawa Timur
Pangkat : Sertu (TNI AD)
Klub : PASI Kota Malang
Pelatih : Ony Chandra Sofie dan Adam Welerubun
Pestasi di Atletik :
Pemegang rekornas 8 menit,54,32 (Asian Games Jakarta-Palembang 2018)
Medali Perak SEA Games Filipina 2019
Medali Emas SEA Games Malaysia 2017
Medali Emas PON Jawa Barat 2016
Medali Perunggu SEA Games Singapura 2015