SOSOK, malangpost.id- Hero Tito tak mengelak, jika kondisi dan gaung dunia tinju profesional di tanah air era 2000-an ini, tak segemerlap era 1970 hingga 1990-an. Tak ada lagi promotor sekelas dan segila Boy Bolang, Herry ‘Aseng’ Sugiarto, Tourino Tidar atau Daniel Bahari.
Dunia tinju profesional Indonesia, mati suri dan timbul tengggelam. Banyak petinju, manajer dan pelatih terdampak secara langsung. Bahkan aktivitas di boxing camp penuh ketidakpastian.
Mantan juara dunia level kedua, WPBF International (World Profesional Boxing Federation) kelas ringan sejak 27 November 2016, dalam setahun lebih terakhir ini, tak pernah lagi memiliki kesempatan naik ring sekalipun.
Termasuk kesempatan mempertahankan gelar WPBF Internasional, yang didapat dari kemenangan TKO di ronde 8, atas Thongchai Kunram (Thailand) di Los Palos Gymnasium, Lospalos, belum pernah dia dapatkan. Walhasil, sabuk gelar juara WPBF itu, terlepas dari pinggangnya sejak 7 September 2019 lalu. Pindah ke petinju Zambia, Hannock Phiri.
Covid-19 memperparah
Kondisi itu diperparah munculnya wabah Covid-19 di seantero muka bumi. Imbasnya, dalam delapan bulan ini, even-even tinju benar-benar mati. Alasan itu pulalah, yang memaksa dia harus alih profesi.
‘’Padahal ring tinju adalah sumber nafkah bagi keluarga saya. Segala pekerjaan sampingan sudah saya jalani, untuk kebutuhan keluarga. Pernah jadi tukang parkir, satpam, sopir taksi online sampai honorer di Pemkot Malang,’’ tutur Hero Tito.
Kemudian pada 2019, dia harus ke Jakarta, untuk mencari pekerjaan. Kantor Pusat PT. Pangansari Utama di Jakarta, menawarinya profesi baru sebagai sport instructure di camp atau kantor pertambangan gas di Papua Barat. Profesi itulah, yang dia tekuni dalam tujuh bulan terakhir. Dengan meninggalkan anak dan istri di Malang.
Tujuh bulan profesi baru dia jalani di kawasan distrik Sumuri, Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat. Jauh dari hingar bingar kota besar. Dalam lima hari kerja, petinju bernama asli Heru Purwanto tersebut, diserahi tugas mengelola gym and fitness center. Sebagai instruktur bagi karyawan perusahaan gas. Baik staf domestik maupun asing.
Petinju yang memiliki julukan The Lion itu, boleh jadi menjadi petinju pro di Tanah Air yang masih aktif dan memiliki rekor naik ring terbanyak. Sejak debut pertamanya di tinju pro tanggal 28 Februari 2004, Hero tercatat 44 kali naik ring. Rekornya 27 kali menang (16 menang angka, 11 kali menang KO), 15 kali kalah dan dua kali draw.
Hero yang bergaya counter boxer itu, selain pernah merebut sabuk juara WPBF Internasional, juga pernah empat kali meraih gelar juara nasional. Saat ini Hero masih bernaung di sasana d’Kross Boxing Camp Malang, di bawah tempaan pelatih Widodo.
‘’Selain jadi sport instructure, akhir Juli lalu saya coba menjadi youtuber. Baru sekadar meng-share aktivitas fitness dan tinju sebelum kini. Lumayan untuk menambah penghasilan. Ke depan saya akan mengisi beberapa video tentang teknis tinju di channel youtube saya herotitoofficial,’’ sebutnya. (act/rdt)
Biodata
Nama : Heru Purwanto
Nama ring : Hero Tito
Julukan : The Lion Tito
Lahir : Malang 27 September 1986
Alamat : Banjarejo, Pakis, Kabupaten Malang Jawa Timur
Pendidikan : SMA
Istri : Didin Nurul
Anak : Tasya Adinca Az Zahra dan Tito Al Ghazali
Debut Pro : 28 Februari 2004
Postur : 171 cm/61 kg
Prestasi Internasional :
Juara WPBF International Kelas Ringan (27/11/2016)
Prestasi nasional :
Juara nasional 2013 kelas Bulu 57,1 kg (KTI)
Juara nasional 2012 kelas Bulu 57,1 kg (KTPI)
Juara nasional 2017 kelas Ringan Yunior 58,9 kg (KTI)
Juara nasional 2016 kelas Ringan Yunior 58,9 kg (ATI)