MALANG, malangpsot.id- Jumat (8/1) Kemarin Gubuk’e Wong Ngalam (GWN) menyelenggarakan pertemuan sederhana yang melibatkan Eksekutif, Legislatif, Tokoh Masyarakat, serta berbagai elemen masyarakat terkait. Dalam kesempatan kali ini, topik utama pertemuan ini membahas seputar tata ruang di kota Malang dengan kasus utama polemik pasar Tradisional di Kota Malang.
Pertemuan ini banyak membicarakan mengenai semrawut nya kondisi pasar tradisional yang ada di kota Malang. Penyakit nya pun sering kali seputar itu-itu saja. Namun berlangsung bertahun-tahun tanpa solusi yang jelas.
Diantara permasalahan iti antara lain, tidak layaknya bedak pedagang-pedagang di berbagai pasar tradisional, kemacetan yang selalu terjadi, carut-marutnya pengelolaan parkir di sekitar pasar tradisional, polemik yang terjadi antara investor dengan pedagang di pasar tradisional, serta banyaknya pedagang liar yang berjualan di sekitar area luar pasar namun mendapatkan pembiaran.
Keluhan ini, salah satunya, datang dari Pak Tosi selaku perwakilan pedagang pasar besar. Dalam sesi tanya jawab, sangat mempertanyakan nasib pedagang pasar besar kedepannya. Salah satunya, beliau mengeluhkan mengenai keberadaan pedagang liar di berbagiai pasar tradisional.
Menurutnya, bahkan pedagang liar itu justru lebih diuntungkan dibandingkan dengan pedagang yang membayar retribusi. Karena posisinya yang berada di luar menjadi lokasi pertama yang ditemui pembeli sebelum masuk lebih jauh ke dalam pasar.
“Pedagang bawah (pedagang sayur dan buah) mengeluh Pak. Tidak ada bedanya (bila berjualan di luar maupun di dalam pasar Red.) bila bayar retribusi tapi di luar ada PKL yang jualan sembako dengan menduduki lahan parkir” keluhnya.
Selain itu, beliau juga menggaris bawahi permasalahan fasilitas di Pasatr besar. Berdasarkan penuturannya, pasca kejadian kebakaran pasar matahari yang terakhir, pembangunan kembali Los atau bedak pedagang di pasar besar hanya berfokus pada dinding-dindingnya saja. Sehingga kalau dilihat bangunannya baru, padahal atapnya hanya diberi terpal saja. Sehingga, ketika hujan, pasti terjadi kebocoran. Akibatnya, dalam waktu yang cukup singkat, kios-kios pedagang siudah banyak yang mulai rusak. Belum lagi permasalahan lantai di pasar besar yang sudah sangat tidak layak, sehingga seringkali becek.
Menurutnya, harapan pedagangh cukup sederhana. Hanya ingin agar pasar besar dapat menjadi tempat yang layak digunakan. Sehingga pembeli yang datang ke pasar besar dapat berbelanja dengan nyaman, hal ini kemudian, akan turut mengerek tingkat perekonomian pedagang di pasar besar semakin baik.
“Kalau pasarnya nyaman, orang berbelanja enak pak. Pasar tradisional ga akan kalah saing dengan pasar modern” pungkasnya.