FEATURES, Malangpost.id – Saat pandemi pagelaran wayang bisa dibilang belum eksis lagi. Namun, hal ini tidak mematahkan semangat para penjual wayang seperti pria yang menginjak umur 74 tahun bernama Sabar. Demi menjaga lestarinya warisan budaya Jawa, Sabar rela berjalan kaki hingga puluhan kilometer untuk berjualan wayang keliling.
Sabar, lelaki kelahiran 1947, di Purwantoro, Jawa Tengah. Dia dengan semangat yang luar biasa memikul tokoh-tokoh pewayangan termasyur. Menariknya kreasi wayangnya merupakan hasil dari tangannya sendiri, yang berasal dari dua jenis bahan, yakni duplex atau bahan sejenis kardus dan dari bahan dasar kulit kambing.
‘’Semua wayang ini memang saya yang buat mbak. Saya yang ngelukis dan mewarnai,’’ kata Sabar, saat berbincang di area pangkalannya Jl Ijen (Polkesma Malang Kota), Minggu, (22/8).
Berjualan Wayang Sejak Tahun 60-an
Ia mengaku bahwa sudah berjualan wayang keliling sejak tahun 60-an, dan kegemarannya tentang pewayangan diturunkan dari Ayahnya yang merupakan seorang dalang.
‘’Jualan wayang keliling ini sudah dari tahun 60-an mbak, dan memang dari kecil saya sudah senang dengan wayang. Hal ini dikarenakan ayah saya merupakan seorang dalang,’’ ujarnya.
Mengenai harga wayang yang dijualnya saat keliling, dia hanya menjual wayang berbahan duplex (sejenis kardus) dengan harga mulai 25 ribu rupiah. Jika untuk pesanan acara pewayangan, dia menggunakan bahan kulit kambing dengan memberi harga ratusan hingga jutaan.
Sabar juga menambahkan bahwa pandemi ini omset penjualan wayang menurun, dari hasil sebelumnya yang dapat meraup 500 ribu perhari saat keliling, dan jutaan ketika ada yang memesan wayang untuk acara pagelaran. Tak jarang ia menerima pesanan dari orang-orang seniman wayang kulit untuk dibuatkan wayang yang berkualitas (bahan kulit kambing).
‘’Gara-gara corona penghasilan menurun mbak. Sebelum pandemi saya dapat menghasilkan 500 ribu perhari. Malah kalau ada tanggapan wayang, lalu senimannya pesen ke saya, malah bisa dapat jutaan,’’ tutur Sabar, warga Desa Tanjungrejo, Gang II, dekat pasar kasin, Sukun, Kota Malang.
Namun, selain jual wayang, Sabar juga ingin meneruskan pesan Ayah untuk tetap melestarikan budaya Jawa. Menurutnya, wayang bukan hanya pagelaran yang bersifat menghibur, tetapi juga sarat akan nilai-nilai falsafah hidup.
‘’Selain jual wayang, saya ingin meneruskan pesan Bapak saya dulu. Tetap terus melestarikan budaya Jawa, dan tetap menjadi orang Jawa dengan nilai-nilainya,’’ imbuhnya.
Sabar juga menerangkan bahwa sebagai orang yang terlahir dari budaya Jawa, harus tidak boleh meninggalkan ke-Jawaanya. Menurutnya, saat menggambarkan dalam cerita wayang, tuturnya bahwa setiap tokoh wayang merupakan refleksi atau representasi dari sikap, watak, dan karakter manusia secara umum.