Malang – Masyarakat yang berdomisili di sekitar situs cagar budaya, wajib memiliki pengetahuan khusus. Sehingga mereka bisa turut serta menjaga dan melestarikannya.
Sebagai leading sector, Bidang Kebudayaan Dinas Dikbud Kota Malang memberikan pelatihan. Pesertanya, 40 orang yang tinggal di sekitar situs cagar budaya Kota Malang. Digelar di Hotel Tugu Kota Malang, Kamis (22/10).
Agenda bertajuk: Pelatihan Manajemen Destinasi Wisata Cagar Budaya di Kota Malang. Dibuka Kepala Dinas Dikbud Dra Zubaidah MM.
Pematerinya, pakar arkeologi Rakai Hino Galeswangi M.Pd, Adriana M.Pd dari FIA UB, Handi Setia Wijaya dan perwakilan praktek guiding cagar budaya Hotel Tugu.
Kabid Kebudayaan, Andayun menyampaikan: “Giat kali ini, kami melakukan pelatihan dan manajemen destinasi wisata budaya di Kota Malang. Diikuti masyarakat sekitar cagar budaya dan situs Watu Gong, Patirtan Bejisari, Candi Karang Besuki dan situs Polowijen.”
Tujuannya, agar masyarakat lebih mengembangkan potensi wisata budayanya masing-masing. Sehingga kedepannya, cagar budaya itu bisa menjadi destinasi wisata.
Kota Malang, sejatinya memiliki banyak cagar budaya potensial bagi para wisatawan. Pelatihan ini selama dua hari.
Hari pertama, materi teknik guiding dan managemen wisata budaya. Hari kedua, difokuskan pembuatan jajanan masa lampau dan praktek guiding.
Rakai Hino Galeswangi menyampaikan harapan besarnya. Karena melalui pelatihan ini, memberikan khazanah baru bagi penduduk sekitar situs.
Sehingga dapat menjadikan pemukiman mereka yang terdapat situs, menjadi destinasi wisata. Termasuk peserta dari beberapa sekolahan.
“Saya rasa, ini penting. Karena perpaduan sektor pendidikan dan kebudayaan yang bisa menunjang sebuah situs menjadi destinasi wisata budaya. Saya secara pribadi diminta memberikan pelatihan. Temanya, Manajemen Wisata Budaya bagi para peserta,” ujar Rakai.
“Materi yang saya sampaikan, berkaitan dengan sejarah dari situs-situs yang disebutkan tadi. Potensi dari situs. Serta upaya menjadikan situs sebagai tempat wisata yang mengandung sejarah dan budaya. Juga potensi lainnya, dari kearifan lokal agar bisa dimunculkan warga atau pihak sekolah di sekitar situs,” pungkasnya. (roz/jan)