PTM Terbatas SD Islam Sabilillah Malang Dapat Respons Positif dari Orang Tua Siswa

DIKSAR, Malangpost.id – Sejak Kota Malang masuk PPKM level 3, sejumlah sekolah di wilayah ini sudah mulai melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas.

Hal ini didasarkan atas kebijakan pemerintah, yang menyebutkan untuk wilayah PPKM level 1 sampai 3 sekolah diperbolehkan melaksanakan PTM terbatas.

Sebagai salah satu sekolah di Kota Malang, SD Islam Sabilillah juga telah memberlakukan PTM terbatas. Hal ini sontak mendapat respons positif dari wali dan orang tua murid. 

Waka Kesiswaan, sekaligus Humas SD Islam Sabilillah Malang, Qoni’ah Agustina SPd menyampaikan, mayoritas dari wali dan orang tua memperbolehkan anak untuk mengikuti PTM secara luring di sekolah. Alasannya agar sang anak dapat bersosialisasi dengan baik. 

“Sejauh ini sudah 80% lebih orang tua yang setuju untuk anaknya mengikuti pembelajaran tatap muka, sisanya tidak setuju untuk ikut,” tegas Qoni’ah.

“Siswa yang masuk di setiap sesi hanya 50% dari jumlah asli murid per kelas. Sekolah juga dipantau oleh Satgas Covid, agar protokol kesehatan tetap dilaksanakan,” sambungnya.

Tidak hanya Satgas Covid-19, guru dan pegawai juga berjaga di setiap lantai untuk memastikan para murid menerapkan protokol kesehatan dengan baik. 

Selain itu, pihaknya juga terdapat perawat yang bertugas untuk mengecek kesehatan murid SD Islam Sabilillah Malang. 

Qoni’ah menambahkan, pembelajaran di SD Islam Sabilillah menggunakan sistem blended learning, yaitu daring dan luring. Pembelajaran tersebut dilakukan di waktu yang sama dengan guru, dan media yang sama pula.

Sebab itu, tidak ada pelayanan berbeda bagi murid yang mengikuti pembelajaran secara daring, karena mereka tetap mendapatkan materi yang sama dengan murid yang hadir secara luring.

Dirinya lantas mengaku, para guru di SD Islam Sabilillah Malang harus menyiapkan tenaga ekstra dalam sistem blended learning. Mengingat mereka harus mengajar dalam dua keadaan yang berbeda. 

Tetapi tantangan itu tampaknya sudah bisa diatasi, ini berkat kondisi para murid yang mudah beradaptasi dengan diterapkannya blended learning.

“Siswa sudah diajarkan untuk bertanya kalau tidak paham dan bahan materi di kedua metode pembelajaran juga sama, sehingga tidak ada perbedaan yang mendasar dengan adanya blended learning,” imbuh Qoni’ah. 

Bagikan ke sosial media:

Recommended For You

Betsy

About the Author: Betsy Prajna

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Kunjungi Alamat Baru Kami

This will close in 0 seconds