
DUNIA, malangpost.id- Pandemi corona di Italia memang mengalami pasang surut. Sejak adanya pandemi, Italia menjadi sorotan dunia setelah China karena dianggap lalai dalam mengatasi pandemi. Banyak sekali kasus yang terjadi karena tidak adanya kepedulian dari masyarakat akan pandemi ini. Hingga beberapa waktu lalu pandemi di Italia sudah mulai mereda dan masyarakat kembali beraktifitas normal. Sempat dihantam habis-habisan, Italia kembali bangkit.
Italia kembali diterjang corona
Tetapi hal tersebut tidak bertahan lama. Bulan oktober ini menjadi titik balik bagi Italia. Banyaknya laporan yang menyatakan bahwa kasus corona meningkat tajam. Tercatat pada hari sabtu (24/10) kemarin sudah ada 19.600 orang yang terinfeksi dan 151 orang yang tercatat meninggal pada hari itu. Keesokannya tercatat sebanyak 11.705 kasus baru diumumkan.
Pemerintahan Italia pada akhirnya mengeluarkan kebijakan untuk menekan angka penularan. Kebijakan di Italia merupakan kesepakatan antara Perdana Menteri Giuseppe Conte dan para pejabat regional.
Bioskop, kolam renang, dan pusat kebugaran di Italia tidak boleh beroperasi mulai hari Senin (26/10). Sedangkan restoran dan bar hanya boleh dibuka hingga pukul 18.00 saja. Meskipun begitu beberapa toko dan kegiatan bisnis lainnya masih diperbolehkan untuk tetap beroprasi. Mengingat bila dilakukan penghentian total maka sangat memukul ekonomi nasional.
Conte selaku Perdana Menteri dalam pidatonya melalui televisi menyatakan bila ia sangat menghindari adanya karantina wilayah secara nasional karena dapat membahayakan ekonomi. Ini menandakan bahwa PM Conte masih tidak bisa melepaskan sektor ekonomi secara keseluruhan. Ia memerintahkan kepada pemerintah daerah untuk menerapkan kebijakan regional demi mencegah peningkatan kasus.
Indonesia pun begitu..
Nah, lalu bagaimana dengan Indonesia? Sejauh ini pemerintah pusat sudah ‘membebaskan’ masyarakatnya dengan syarat mematuhi protokol kesehatan. Tetapi nyatanya semakin kesini semakin banyak orang yang tidak mematuhi protokol kesehatan. Angka positif corona terus meningkat setiap harinya. Padahal ini masih gelombang pertama yang tidak terlihat tanda-tanda turunnya kurva penularan.
Hanya Ibukota Jakarta saja yang masih memberlakukan penerapan lockdown versi lokal, yaitu PSBB. Saat ini PSBB transisi diterapkan mengingat tingginya angka penularan yang terjadi. Tetapi hal ini menjadi percuma apabila tidak ada dukungan dari pemerintah pusat serta ketidaksadaran masyarakat.