Amankah pemeriksaan MRI untuk ibu hamil?
KESEHATAN, malangpost.id – Salah satu cara dokter menentukan diagnosis suatu penyakit, terutama penyakit dalam adalah dengan pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI). Prosedur pemeriksaan ini sering dianggap sebagai cara yang lebih aman dibandingkan dengan foto Rontgen atau CT scan karena tidak memancarkan radiasi. Karenanya, pemeriksaan ini dianggap aman untuk ibu hamil.
Prosedur pemindaian MRI menggunakan teknologi gelombang radio dan magnet untuk mendapatkan hasil gambar tulang, organ, dan jaringan dalam tubuh secara rinci dan mendalam. Dalam prosesnya, pemeriksaan ini membutuhkan bantuan zat pewarna khusus (kontras) yang disuntikkan melalui pembuluh darah. Hal ini untuk membantu meningkatkan ketepatan gambar organ.
Pemeriksaan MRI pada umumnya dapat memberikan gambaran struktur tubuh yag tidak bisa didapatkan pada tes lain, seperti USG, foto Rontgen, atau CT scan. Biasanya, prosedur MRI hanya memerlukan waktu 20-90 menit, tergantung dari besarnya area yang diperiksa.
Dilansir dari alodokter, umumnya pemeriksaan MRI berkaitan dengan otak, jantung, tulang, saraf tulang belakang, jaringan lunak, sendi, dan organ-organ tubuh lainnya.
Berikut beberapa tujuan dan fungsi pemeriksaan MRI:
Otak dan saraf tulang belakang
MRI sering digunakan untuk mendeteksi penyakit pada otak dan saraf tulang belakang. Diantaranya kerusakan pembuluh darah pada otak, tumor, stroke, multiple sclerosis, cedera pada otak akibat kecelakaan, serta kelainan pada mata dan telinga bagian dalam. Selain itu, pemindaian MRI pada otak juga dimanfaatkan sebagai pertimbangan langkah operasi otak.
Jantung dan pembuluh darah
Untuk mendeteksi kelainan pada jantung atau pembuluh darah, pemeriksaan MRI memberikan dokter gambaran beberapa hal seperti ukuran dan fungsi pada ruang jantung, gerakan dan ketebalan dinding jantung. Selain itu, hasil pemeriksaan akan menunjukkan tingkat kerusakan akibat penyakit jantung.
Pemindaian MRI juga digunakan untuk mendeteksi masalah pada urat nadi seperti dinding pembuluh darah yang sobek atau melemah, serta radang dan penyumbatan pada pembuluh darah.
Tulang dan sendi
Prosedur MRI juga dilakukan untuk membantu dokter memeriksa bagian tulang dan sendi. Hasil pemeriksaan dapat membantu dokter mengevaluasi kondisi gangguan dan kelainan pada tulang, seperti infeksi tulang, kelainan pada tulang belakang dan bantalan saraf tulang belakang, tumor pada tulang dan jaringan lunak, serta peradangan sendi. Pemeriksaan juga bisa mengetahui kondisi abnormal pada sendi yang disebabkan cedera fisik akibat cedera berulang atau kecelakaan.
Payudara
Selain mamografi, wanita yang beresiko tinggi terkena kanker payudara atau mereka yang memiliki jaringan payudara yang padat bisa melakukan pemeriksaan MRI. Hal ini bertujuan untuk memberikan informasi tambahan dalam mendeteksi keberadaan sel kanker payudara.
Organ dalam lain
Pemeriksaan MRI juga bisa dimanfaatkan untuk mendeteksi gangguan lain atau tumor dari berbagai organ tubuh bagian dalam. Diantaranya ginjal, hati, pankreas, ovarium, rahim, prostat, limpa, dan testis.
Pemeriksaan MRI
Berbeda dengan foto Rontgen dan CT scan, MRI tidak menggunakan radiasi sinar-X dalam prosedurnya. Sehingga, orang yang rentan terhadap risiko radiasi seperti ibu hamil dan menyusui bisa menjalani MRI, bahkan tidak menimbulkan rasa sakit. Kendati demikian, ibu hamil dan menyusui sebaiknya melakukan konsultasi terlebih dahulu pada dokter dan menjelaskan setiap detil kondisi atau gejala medis yang dialami sebelum dan selama kehamilan.
Bisa dibilang, hampir tidak ada efek samping dari pemeriksaan MRI. Hanya saja, seseorang yang memiliki implan logam atau elektronik dalam tubuh seperti katup jantung buatan, tambalan gigi, alat pacu jantung, tattoo, dan protesa lutut harus memberitahu dokter atau petugas sebelum pemeriksaan. Begitu juga yang mempunyai alergi pada zat pewarna khusus atau obat penenang agar dokter bisa menyesuaikan obat-obatan. (ds3)