GAYA HIDUP, Malangpost.id– Memiliki tubuh yang ideal adalah impian bagi banyak orang, untuk mendapat tubuh ideal, hal yang biasa dilakukan adalah diet. Nah, diet pun ada banyak macamnya. Kali ini kita akan membahasa diet defisit kalori.
Apa itu diet defisit kalori? Diet defisit kalori adalah metode diet dengan cara mengurangi jumlah kalori yang dibutuhkan oleh tubuh sesuai dengan perhitungan yang sesuai. Jika dilakukan dengan tepat, diet defisit kalori adalah diet yang terbilang aman untuk diterapkan dalam membangun pola hidup yang lebih sehat.
Baca juga : Mitos Diet Mayo yang Perlu Dibenarkan. Apa Saja?
Biasanya, kalori yang dipangkas cukup 300-500 kalori perharinya. Misalnya jika kalori harian Anda adalah 2000, maka ketika diet Anda hanya mengkonsumsi 1500-1700 kalori per harinya. Jika tidak dilakukan dengan baik, diet defisit kalori bisa menyebabkan pencernaan tidak lancar. Berikut penyebabnya :
1. Tidak Menghitung Kebutuhan Kalori Harian dengan Tepat
Mengurangi kalori harus sesuai dengan BMR atau Basal Metabolic Rate, yaitu kalori yang diperlukan oleh tubuh untuk melakukan aktivitas dasar. Umumnya, BMR orang dewasa ialah 1200kalori, maka dari itu tidak disarankan jika mengkonsumsi kurang dari 1200 kalori per harinya.
2. Makanan yang Dikonsumsi Tidak Seimbang
Diet defisit kalori tidak hanya sebatas mengurangi konsumsi karbohidrat dan lemak. Dalam beberapa kasus, orang yang melakukan diet defisit kalori mengalami konstipasi karena kekurangan konsumsi karbohidrat. Mengurangi konsumsi karbohidrat juga haru sesuai takaran, karena karbohidrat adalah zat utama pembentuk feses.
Beberapa orang juga sangat menghindari konsumsi lemak ketika diet, padahal konsumsi lemak memiliki peran penting dalam merangsang pergerakan usus besar yang memengaruhi proses pengeluaran kotoran dari dalam perut.
Menurut sebuah penelitian yang ada dalam “Journal of Neurogastroenterology and Motility” tahun 2015, asupan lemak jenuh yang tinggi memang bisa bikin kita jadi susah BAB. Sebaliknya, asupan lemak tak jenuh sangat baik untuk pencernaan.
3. Tidak Berolahraga
Ahli biokimia nutrisi Shawn M. Talbott, PhD, seperti yang dilansir dari wawancaranya dengan Huffington Post, menyatakan bahwa menurunkan berat badan membutuhkan 75% mengatur pola makan (diet) dan 25% berolahraga.
Meskipun hanya 25%, berolahraga secara teratur dapat meningkatkan metabolisme tubuh sehingga nutrisi makanan dan minuman yang dikonsumsi dapat diserap dengan baik dan maksimal. Seorang yang diet dan melakukan olahraga secara rutin juga dapat menjaga berat badannya lebih baik daripada hanya mengatur pola makan saja.
4. Kurang Konsumsi Air
Konsumsi air yang cukup adalah salah satu kunci pencernaan yang lancar. Air meskipun terlihat sepele memiliki peran yang penting, ia berfungsi untung memproduksi air liur di dalam mulut dan melumasi makanan di kerongkongan agar dapat dicerna dengan baik di usus. Disarankan untuk mengkonsumsi air minimal 8 gelas per hari. Stay hidrated!
5. Stres Berlebih
Nah, ketika diet sering kali kita terlalu fokus pada angka dalam timbangan. Salah satu penyebab stres ketika diet adalah berat badan stuck dan kita terlalu fokus pada berat badan, bukan proses yang kita jalankan. Stres juga memicu terjadinya gangguan pencernaan ketika diet karena kerja sistem pencernaan melambat. Kondisi ini bisa memicu maag, konstipasi, sakit perut, bahkan diare.
Baca juga : Busui Bolehkah Diet? Ini Aturannya!
Memang stres adalah hal yang wajar tetapi sulit dihindari. Meskipun begitu, stres juga dapat dilalui. Fokus pada proses, berfikir positif, berolahraga, dan menjaga mood agar selalu bahagia adalah hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi stres.
Nah, 5 hal di atas adalah penyebab terjadinya gangguan pencernaan ketika diet defisit kalori. Stay healthy and positive. Cheers!