UPDATEKOTA, malangpost.id – Merapi kembali aktif selama tahun 2020. Bahkan, Gunung Merapi mengalami peningkatan aktivitas yang berdampak pada perubahan status menjadi Siaga. Erupsi Gunung Merapi bisa terjadi sewaktu-waktu.
Pada 5 November 2020 lalu, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta mengeluarkan surat yang menyatakan meningkatkan status Gunung Merapi dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III).
Surat tersebut dikirimkan kepada Gubernur DIY dan Jawa Tengah, Kepala BNPB, serta Bupati Kabupaten Boyolali, Klaten, Magelang, dan Sleman.
Aktivitas Gunung Merapi
Gunung Merapi memiliki ketinggian 2.986 meter di atas permukaan laut dan terletak di perbatasan empat kabupaten, yaitu Kabupaten Sleman, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Magelang, dan Kabupaten Klaten.
Dalam memperingati 10 tahun erupsi besar Gunung Merapi 26 Oktober 2010 pada 26/10/2020 lalu, Kepala BPPTKG Hanik Humaida melalui konferensi virtual menyatakan aktivitas vulkanik Gunung Merapi semakin intensif.
Hanik menambahkan, erupsi Gunung Merapi sudah semakin dekat. Hingga Oktober 2020, Gunung Merapi mengalami peningkatan aktivitas vulkanik. Berdasarkan data yang dikumpulkan BPPTKG, telah terjadi gempa vulkanik dangkal rata-rata 6 kali per hari dan gempa multiface sebanyak 83 kali per hari.
“Aktivitas Merapi hingga saat ini masih berlanjut. Data-data seismisitas, deformasi, dan gas masih di atas rata-rata normal,” terang Hanik.
Aktivitas vulkanik yang terus berlanjut ini dapat memicu proses ekstrusi magma secara cepat atau letusan eksplosif. Jika Merapi erupsi, berpotensi terjadi ancaman bahaya berupa guguran lava, awan panas, dan lontaran material sejauh 5 km.
Apabila terjadi letusan, Kabupaten Sleman (DIY) serta Kabupaten Boyolali, Magelang, dan Klaten yang berada di Jawa Tengah berpotensi terdampak oleh erupsi.
Sejarah erupsi Gunung Merapi
Dilansir dari Kementerian ESDM, sejarah letusan Gunung Merapi terdiri dari empat periode, yaitu Pra Merapi, Merapi Tua, Merapi Muda, dan Merapi Baru.
Sepanjang sejarahnya, Gunung Merapi telah mengalami beberapa kali letusan dengan berbagai macam skala, mulai skala kecil hingga besar. Gunung Merapi mengalami letusan skala besar (VEI 4) setiap 150-500 tahun.
Sedangkan untuk letusan dengan skala VEI 3 tercatat terjadi setiap 30 tahun, serta letusan kecil terjadi antara 2-7 tahun sekali.
Berikut sejarah letusan besar Gunung Merapi pada periode Merapi Baru:
Abad ke-19
Gunung Merapi beberapa kali mengalami letusan yang cukup besar pada tahun 1768, 1822, 1849, 1872. Erupsi pada abad ini jauh lebih besar dari letusan Gunung Merapi di abad ke-20. Saat terjadi letusan, awan panas mencapai 20 km dari puncak.
Letusan Merapi tahun 1930
Di abad ke-20, Gunung Merapi kembali mengalami erupsi. Gunung Merapi meletus pada 1930 dengan skala VEI 3 diiringi dengan luncuran awan panas hingga 20 km ke arah barat.
Letusan ini mengakibatkan 23 desa rusak dilalui awan panas, 13 desa terkubur, dan menewaskan 1.369 penduduk.
Erupsi Gunung Merapi tahun 1961
Gunung Merapi kembali meletus di tahun 1961. Letusan yang terjadi sangat dahsyat hingga empat desa di Kabupaten Magelang hilang ditelan lahar dingin. Keempat desa tersebut adalah Desa Ngori, Desa Kaligesik, Desa Gimbal, dan Desa Bubuhan.
Banyak korban jiwa berjatuhan akibat letusan Merapi. Dan desa-desa yang terdampak dilarang untuk dihuni setelah erupsi. Penduduk yang kehilangan rumah, kebun, hewan ternak, keluarga, dan sawah akhirnya bertransmigrasi ke Lampung.
Keempat desa yang hilang tersebut dihapuskan keberadaannya dari administratif. Sementara, desa-desa lain yang terdampak masih bisa dihuni kembali.
Letusan tahun 2006
Merapi kembali mengalami letusan besar pada tahun 2006. Letusan awal Gunung Merapi terjadi pada 13 Mei dengan status awas hingga 9 Juni 2006. Menurut BPPTKG Yogyakarta, erupsi 2006 diawali dengan pertumbuhan kubah lava.
Erupsi disertai luncuran awan panas hingga 7 km mengakibatkan sebagian besar hutan di kawasan Kaliadem Kabupaten Sleman hangus. Luncuran awan panas juga mengarah ke Kali Krasak dan Boyong, serta Kali Gendol dengan jarak luncur hingga 5km pada 14 Mei hingga Juni 2006.
Letusan Gunung Merapi kali ini setidaknya menelan korban jiwa 151 orang. Saat letusan, sempat juga terjadi gempa dengan kekuatan 6.2 SR pada 27 Mei 2006. Gempa meluluhlantakkan Kabupaten Bantul, Kota Yogyakarta, serta Kabupaten Sleman, Klaten, Gunung Kidul, Kulon Progo, bahkan Boyolali.
Letusan tahun 2010
Sejak 20 September 2010, BPPTKG Yogyakarta menetapkan status Waspada untuk Gunung Merapi. Dengan aktivitas yang terus meningkat, status dinaikkan menjadi Siaga pada 21 Oktober 2010. Kemudian pada 25 Oktober status Gunung Merapi menjadi Awas.
Hingga akhirnya, pada 26 Oktober 2010, Gunung Merapi meletus yang menewaskan 353 warga. Juru kunci Gunung Merapi, Mbah Maridjan pun turut menjadi korban.
Gulungan awan panas sejauh 1,5 km menghampiri kediaman Mbah Maridjan yang memilih bertahan di kediamannya. Selain Mbah Maridjan, setidaknya ditemukan 16 jasad lain di sekitar rumahnya.
Diketahui, letusan besar Gunung Merapi di tahun 2010 merupakan letusan eksplosif disertai ledakan dan gemuruh yang terdengan hingga jarak 20 km hingga 30 km.
Pasca erupsi Gunung Merapi 2010
Gunung Merapi terus mengalami erupsi magmatis. Dimulai 11 Agustus 2018 dan berlangsung hingga September 2019. Selama masa ini, Gunung Merapi kembali mengalami peningkatan gempa Vulkanik Dalam (VA) dan rangkaian letusan eksplosif hingga Juni 2020.
Gunung Merapi di tahun 2020
Gunung Merapi kembali erupsi sebanyak dua kali pada Minggu 21/06/2020 lalu, pada pukul 09.13 dan 09.27 WIB. Pada erupsi pertama, terdapat kolom awan panas kurang lebih 6.000 meter dari puncak Gunung Merapi. Sedangkan erupsi kedua terjadi amplitude 75 mm selama 100 detik, namun tinggi kolom awan panas tidak teramati.
Menjelang dekatnya erupsi, aktivitas vulkanik Gunung Merapi semakin meningkat. Pada 13 November lalu dilaporkan terjadi 19 gempa guguran vulkanik.
Bersiap menghadapi erupsi
Dari aktivitas vulkanik yang terus terjadi, BPPTKG menyimpulkan bisa berlanjut ke erupsi. Hanik mengatakan, erupsi Gunung Merapi saat ini terpanjang karena dimulai sejak bulan Mei 2018.
Tambahnya lagi, diperkirakan jika terjadi erupsi eksplosif tidak akan sebesar erupsi tahun 2010. Hal ini berdasarkan dari data seismisitas konstan dengan tidak terjadinya kegempaan yang menunjukkan tekanan berlebih di dapur magma.
Menurut Hanik, erupsi Gunung Merapi adalah sebuah keniscayaan. Diharapkan, semua pihak siap menghadapi krisis belajar dari mitigasi erupsi yang terjadi sebelumnya. (ds3)